Bayang-Bayang

Minggu, 13 Maret 2011

Manusia dan Ilmu Pengetahuan

Sumber gambar:http://proggieman.wordpress.com/2009/07/27/tentang-berfikir/
George Sarton dalam bukunya History of Science sebagaimana dikutip oleh Murthada Muttahari (Manusia dan Alam Semesta) pernah mengatakan bahwa" dibidang-bidang tertentu, ilmu pengetahuan berhasil membuat kemajuan yang hebat, namun dibidang-bidang yang lain yang berkaitan dengan hubungan antar ummat manusia, misalnya dibidang politik nasional dan internasional, kita masih menertawakan diri kita".

Tak bisa dipungkiri bahwa kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa kemudahan-kemudahan dan kesenagan bagi ummat manusia. Sebuah perkembangan otak yang luar biasa. Kemajuan pesat diberbagai bidang yang hanya menghiasi imajinasi dalam mitos-mitos bahkan mungkin tidak pernah terbayangkan ratusan tahun silam kini menjadi hal yang sangat biasa. Ketika saya mengatakan bahwa dari Makassar ke Jogja cuma butuh sejam lebih, ataukah teman di Makassar mengatakan sedang berbicara dengan saya yang sedang berada di Jogja. Dalam ratusan tahun yang lalu mungkin akan dianggap lelucon dan dianggap sudah tidak waras, sekarang menjadi hal biasa dan jika ada yang masih heran, itulah yang akan jadi lelucon.

Dalam beberapa tahun kedepan, entahlah keajaiban apalagi yang akan terjadi, karena manusia terus berkembang dan ilmu pengetahuan tidak membatasi ojeknya kajiannya.


Namun, segala sesuatu yang positif cenderung diikuti dengan sisi negatifnya. Kemajuan ilmu pengetahuan juga menimbulkan ekspansi dari berbagai negara (terutama negara-negara Eropa), penjajahan, pembantaian manusia kemudian perang dunia demi harta dan kekuasaan. 

Sekarang ini, timbul gejolak di timur tengah akibat disparitas antara penguasa yang diktator dan rakyatnya yang melarat. Kesenjangan akan menimbulkan gejolak, penindasan dan ketikadilan oleh rezim yang korup, sementara rakyatnya hidup dalam belenggu kebebasan dan kemiskinan. Di dalam negeri sendiri, sejak merdeka sampai sekarang kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, korupsi dan berbagai skandal lainnya masih menghiasi perjalanan bangsa ini. Memang segala kejahatan tidaklah mungkin hilang dari muka bumi ini sampai kiamat. Tapi setidaknya kejahatan tidak menjadi lebih dominan.

Uang, Kekuasaan dan Status sosial telah banyak mengganti kiblat manusia. Sebagaimana Erich Fromm dalam bukunya Psychoanalycis and Religion (dari sumber yang sama, Murthada Muttahari) mengatakan bahwa "tidak ada manusia yang tidak membutuhkan agama dan tidak menghendaki batas orientasinya dan subjek dari masa lalunya. Manusia sendiri boleh jadi tidak membedakan antara keyakinan religius dan keyakinan non religiusnya dan boleh jadi dirinya tidak beragama. Boleh jadi dia memandang fokusnya yang kelihatannya non religius seperti harta, tahta dan kesuksesan sebagai semata-mata isyarat perhatiannya kepada urusan praktis dan upaya untuk mewujudkan kesejahteraannya sendiri. Yang menjadi masalah bukanlah apakah manusia beragama atau tidak, melainkan apa agama yang dianutnya.

Sayang, kemajuan dalam hal material tidak diiringi dengan kemajuan spiritual. Ilmu pengetahuan dengan kenikmatan dan kenyamanan yang ditawarkannya membuat manusia cenderung memproyeksikan kebahagiaan lewat kesenangan (materi) sehingga arah ilmu pengetahuan lebih tertuju dalam mengejar materi. Kemanusiaan dan aspek lainnya kurang diperhatikan begitupula berbagai permasalahan lingkungan (bumi) yang terjadi dan semakin terasa dampaknya. 


Penting untuk kembali menyimak apa yang ungkapkan Einstein, "Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada kita? Jawabannya yang sederhana adalah – karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar.

Dalam peperangan, ilmu menyebabkan kita saling meracun dan saling menjagal. Dalam perdamaian dia membikinperangan,membikin hidup kita dikejar waktu  dan penuh tak tentu. Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spiritual malah menjadikan manusia budak-budak mesin, dimana setelah hari-hari yang panjang dan monoton kebanyakan dari mereka pulang dengan rasa mual, dan harus terus gemetar untuk memperoleh ransum penghasilan yang tak seberapa. Kamu akan mengingat tentang seorang tua yang menyanyikan sebuah lagu yang jelek. Sayalah yang menyanyikan lagu itu, walau begitu, dengan sebuah itikad, untuk memperlihatkan sebuah akibat.
Adalah tidak cukup bahwa kamu memahami ilmu agar pekerjaanmu akan meningkatkan berkah manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtiar teknis, perhatian kepada masalah besar yang tak kunjung terpecahkan dari pengaturan kerja dan pemerataan benda agar buah ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan kutukan terhadap kemanusiaan. Janganlah kau lupakan hal ini ditengah tumpukan diagram dan persamaan".

Yah, bukan maksudnya untuk memaki, mencela, apalagi mengutuk ilmu pengetahuan yang luar biasa, tapi bagaimana ilmu pengetahuan tidak menjadi kutukan, melainkan ilmu pengetahuan menjadi harmoni dengan kehidupan manusia serta kemanusiaan.


Tidak ada komentar: