Bayang-Bayang

Sabtu, 15 September 2012

Ini Bukan Surat Cinta


Sayang, ini bukan surat cinta yang berisi kata-kata puji. Ah, mengapa aku seberani itu memanggilmu sayang? Maaf. Aku tak mengenalmu dan dikaupun begitu. Anggaplah kata-kata ini tak bertujuan dan tak bertuan. Namun sebelum kau mengenalku, ijinkanlah aku memanggilmu sayang walau kutahu kau muak dengan dengan kata yang sering menjerumuskanmu itu. Sayang, maaf jika aku lancang bertutur. Aku pun tak bermaksud menjerumuskanmu dalam buaian kata yang bukan rayuan berujung benci ini. Aku cuma enggan berputar di pusaran ketidakpastian hati. Bukankah rasa yang mengendap adalah belenggu?


Sayang, terkadang cinta diwujudkan dalam kepalan tangan, batu-batu, dan tulisan-tulisan karena mereka telalu banyak mengumbar kata, menggadaikan cinta di sudut bibir yang manis. Mungkin kau berkata “kau pun terlalu banyak mengumbar kata!” Iya, dan kuharap cintamu tak kau wujudkan dalam kepalan tangan dan batu-batu yang meretakkan tengkorak kepalaku, semoga.


Sayang, aku mencintaimu tak setinggi tak sedalam. Bukankah tinggi dan dalam adalah batas? Batas itu terukur, tetapi apakah hati mengenal ukuran? Sayang, tak perlu kau jawab, tak usah kau risau karena kelak kita tak butuh banyak tanya dan jawab karena ku tahu kau lebih mengerti, cinta bukan logika, bukan hukum sebab akibat. Bukankah diam adalah pertanda? Diam adalah bahasa.


Namun jika kau tetap bertanya, kenapa? Sejujurnya aku pun tak mengerti. Tapi ijinkan aku membisikkan tanya.
Apakah cinta butuh alasan?